Entri yang Diunggulkan

Target Pajak 2019 Jangan Sampai Menyengsarakan Rakyat

RMOL.  Menteri Keuangan Sri Mulyani memasang target penerimaan pajak pada Rancangan APBN 2019 sebesar Rp 1.786,4 triliun. Menurut anggot...

Senin, 14 Desember 2015

Review film Azrax


Lupakan Mad Dog di “The Raid”, kita memiliki jagoan baru yang level badass-nya 99 kali lipat—Chuck Norris tinggal sentil tidak apa-apanya—namanya AA Azrax, dan kita bisa lihat aksinya di film “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita” yang merupakan debut AA Azrax menghajar ketidakadilan. Judulnya semestinya bisa lebih panjang lagi jika AA Azrax mau, “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita Dari Jakarta Sampai Hong Kong” misalnya. Film AA Azrax terbilang yang tiba-tiba muncul, saya tak pernah menyangka jika AA main di sebuah film action, kaget sudah pasti, lebih mengagetkan ketimbang berita Ben Affleck jadi Batman, yang tampaknya adalah sebuah pengalihan isu agar orang-orang melupakan film terpenting di 2013 tersebut. Setelah poster artistiknya rilis, yang mempertegas jika film ini lebih “laki” ketimbang dua film “Expendables”-nya Sylvester Stallone, belum lagi gambar besar menampilkan AA Azrax bermodel rambut gondrong ala rocker pasundan, itu sudah lebih dari cukup jadi alasan saya untuk tak lewatkan film ini di bioskop, jika tidak mau menyesal dunia dan akhirat. Apalagi hype-nya di sosial media begitu tidak wajar, entah siapa dalangnya, tapi film AA Azrax jadi sangat fenomenal di twitter, banyak orang yang menanti-nantikan aksi AA Azrax di layar lebar, termasuk saya yang sudah bosan dicekoki film Indonesia yang itu-itu aja, kalau tidak cinta-cinta-an basi yah horor idiot. Saya butuh film berbeda, untunglah AA Azrax menjawab kegelisahan saya, dengan menghadirkan film laga yang tak hanya mengobral action tapi juga diboncengi banyak pesan moral.
Dari trailer, saya bisa melihat “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita” tak masuk kriteria film-film kacrut, melainkan film yang serius dibuat untuk menjadi hiburan, sekaligus mengajarkan kebaikan kepada penontonnya, termasuk salah-satunya adalah ucapkan salam kepada siapapun yang kita temui, mau penjahat sekalipun. AA Azrax mau berantem bilang “Assalamualaikum”, sosok jagoan yang jarang diperlihatkan di film laga kita, tidak saja jago bag-big-bug tapi juga soleh, tidak pernah lupa sembahyang dan selalu ingat Tuhan. Selain itu, AA Azrax juga seorang penakluk wanita, dari perawan-perawan kampung sampai pramugari pesawat yang dia tumpangi sewaktu menuju ke Hong Kong. Puja-puji mengalir deras begitu saya melihat karakter AA Azrax yang tak pernah gentar oleh apapun dan selalu terlihat santai dalam menghadapi setiap masalah. Ketika semua orang gelisah, marah-marah, bingung melawan sindikat perdagangan wanita, AA Azrax terlihat begitu santai, tak pernah berhenti mengingatkan orang-orang di sekitar untuk terus berdoa kepada Tuhan. Subhanallah, AA Azrax ini, karakter yang bisa dibilang sempurna, seorang guru ngaji dan dermawan di kampung, yang digilai oleh para wanita lalu kemudian terbang ke Hong Kong, mengobrak-abrik sarang penyamun penjual wanita-wanita Indonesia untuk dijadikan pelacur disana. AA Azrax tak pernah kenal pamrih, tak pernah meminta bayaran sepeser pun, akan menolong siapapun yang perlu pertolongannya. Kalau ada yang mau berterima kasih, AA Azrax tak akan mau menerima uang, cukup dimasakin ikan bakar dan opor jantung pisang, dia sudah senang, apalagi jika dikupasin pisang. Mau gagah, kuat dan tak pernah kalah seperti AA Azrax, banyak-banyaklah makan pisang.
Edan pisanlah pokonamah “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita”, saya bisa bilang terlalu banyak ke-epix-an hanya dalam satu film saja, berbagi ruang dengan pesan moralnya yang dijejali tanpa berusaha ingin memaksa penonton untuk jadi baik setelah keluar bioskop. Tak perlulah banyak-banyak pesan moral, melihat tampang AA Azrax yang karismatik itu saja sudah bikin hati saya luluh, ingat dosa, ingat Tuhan dan segera mau tobat. Jika film semacam “Evil Dead” tak sah jika tanpa respon sumpah-serapah-anjing-taik-banget-ngehe dimana-mana, “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita” sebaliknya, di setiap adegan tak ada hentinya saya ngucap “Astaghfirulloh”. Banyak “nyebut” supaya tetap ingat Tuhan, ngeri juga kalau pulang tiba-tiba mau pindah agama, saking terpesonanya dengan AA Azrax dan mau buat berhala tinggi 4-5 meteran untuk disembah di rumah. “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita” adalah film yang tak saja jadi sebuah hiburan tapi juga panduan hidup, terlepas dari banyaknya kebaikan yang bisa kita ambil dan resapi dari film berdurasi 108 menit ini (buat saya mah kurang, filmnya harusnya dibuat sampai 4 jam), level epix-nya benar-benar telah sukses menggeser film-film action yang pernah saya tonton selama ini. Lupakan sekuel “Serbuan Maut”, kita butuh serbuan sekuel-sekuel Azrax, tinggal pilih mau melawan siapa lagi, dari sindikat maling beha sampai gembong narkoba, setiap bulan harusnya AA Azrax merilis filmnya. 

Tidak ada komentar: